Mengerikan! 3 'Penyakit' yang Bisa Hancurkan Masa Depan Timnas U-16
Timnas Indonesia U-16 mencatatkan sejarah. Untuk pertama kalinya, tim yang berjuluk Garuda Asia tersebut meraih trofi di kancah internasional.
Euforia dari masyarakat pun memenuhi langit malam nusantara kala itu. Pujian demi pujian dituai oleh anak-anak asuh pelatih Fakhri Husaini berkat trofi Piala AFF U-16 2018 yang kini berada di daftar prestasi negara.
Namun antusiasme publik bukan hanya datang karena titel juara, tapi juga harapan. Harapan bahwa kelak, para pemuda-pemuda ini dapat kembali megharumkan nama negara di level senior.
Bagaimanapun, perjalanan tersebut masih panjang. Bagus Kahfi dkk memang memiliki talenta yang dibutuhkan untuk mencapai Tim Senior Garuda. Tapi akan selalu ada lubang-lubang di jalan yang harus ditempuh.
Tiga 'penyakit' ini berpontensi untuk menjadi ganjalan, bahkan mengakhiri karier penggawa-penggawa muda ini di masa yang akan datang.
Dengan prestasi, hadir pula lampu sorot dan perhatian dari media dan masyarakat -- itu adalah hal tak terelakkan. Dalam sekejap, pesepakbola-pesepakbola muda yang dikumpulkan dari seluruh pelosok negeri ini menjadi primadona-primadona media.
Kini tidak lagi hanya apa yang dilakukannya dalam dua babak pertandingan sepak bola, tapi juga kehidupan pribadi para pemain Timnas U-16 menjadi asupan publik, bak selebriti.
Psikolog Timnas U-16, Laksimiari Saraswati Widodo, pun mengakui bahwa melonjaknya perhatian masyarakat adalah hal yang tidak mengagetkan.
"Yang jadi star syndrome karena mereka tidak bisa mengelola popularitas tersebut. Tapi kita tidak bisa membendung popularitas, yang harus kita lakukan adalah mengelola sistem dengan bijaksana, itu saja," beber perempuan yang biasa disapa Asti ini kepada INDOSPORT.
Tidak banyak kita lihat bagaimana seorang atlet yang 'terkejut' dengan pamornya, kehilangan motivasi di atas lapangan dan akhirnya justru dilupakan.
Antrian yang membludak di loket tiket Stadion Gelora Delta, Sidoarjo untuk laga final Piala AFF U-16 2018 yang mempertemukan Indonesia U-16 dengan Thailand U-16.
Selain itu, perhatian dan harapan yang berlebihan dari masyarakat akan menempatkan beban yang berat bagi para pemain untuk terus menuai hasil positif. Tekanan yang tak seharusnya ditanggung oleh anak-anak seusia mereka.
Masa-masa ini seharusnya mereka gunakan untuk menumpuk pengalaman guna memoles talenta. Timnas kategori usia seperti U-16, U-17 atau U-19 tidak seharusnya menempatkan podium juara sebagai objektif utama, melainkan pembinaan dan pengembangan pemain.
Pemain-pemain ini tidak seluruhnya akan mencapai Timnas Senior dan kita harus menerima probabilitas tersebut.
Dari skuat Prancis U-20 yang menjadi juara di Piala Dunia U-20 pada tahun 2013 lalu misalnya, hanya tiga dari daftar 21 pemain yang berada di skuat Prancis yang menjuarai Piala Dunia 2018 lalu: Alphonse Areola, Samuel Umtiti dan Paul Pogba.
Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, memberikan ciuman kepada para pemain muda Timnas Indonesia.
Satu hal lain yang dapat merusak masa depan mereka yang berada di Timnas U-16 adalah ketidakjelasan rencana jangka panjang.
Saat mereka berada dalam pemusatan pelatihan atau kamp latihan, mereka mempunyai program latihan dan diet yang spesifik dan teratur.
Berbeda dengan talenta-talenta muda di Eropa atau Amerika Latin yang biasanya bergabung dengan akademi klub -- di mana mereka akan tetap berada dalam pengawasan dan pembinaan, pemain-pemain muda Indonesia terkesan 'dilepas'.
"Kami ingin istirahat dulu sampai Idul Adha, sambil menikmati kemenangan ini," ujar pelatih Timnas u-16, Fakhri Husaini, terkait jadwal timnya usai menjadi jawara.
"Soal TC (Training Camp) lanjutan belum ada kepastian. Hanya, Sidoarjo adalah tempat yang nyaman bagi kami. Nanti menunggu kabar PSSI," tambahnya.
Euforia dari masyarakat pun memenuhi langit malam nusantara kala itu. Pujian demi pujian dituai oleh anak-anak asuh pelatih Fakhri Husaini berkat trofi Piala AFF U-16 2018 yang kini berada di daftar prestasi negara.
Namun antusiasme publik bukan hanya datang karena titel juara, tapi juga harapan. Harapan bahwa kelak, para pemuda-pemuda ini dapat kembali megharumkan nama negara di level senior.
Bagaimanapun, perjalanan tersebut masih panjang. Bagus Kahfi dkk memang memiliki talenta yang dibutuhkan untuk mencapai Tim Senior Garuda. Tapi akan selalu ada lubang-lubang di jalan yang harus ditempuh.
Tiga 'penyakit' ini berpontensi untuk menjadi ganjalan, bahkan mengakhiri karier penggawa-penggawa muda ini di masa yang akan datang.
Dengan prestasi, hadir pula lampu sorot dan perhatian dari media dan masyarakat -- itu adalah hal tak terelakkan. Dalam sekejap, pesepakbola-pesepakbola muda yang dikumpulkan dari seluruh pelosok negeri ini menjadi primadona-primadona media.
Kini tidak lagi hanya apa yang dilakukannya dalam dua babak pertandingan sepak bola, tapi juga kehidupan pribadi para pemain Timnas U-16 menjadi asupan publik, bak selebriti.
Psikolog Timnas U-16, Laksimiari Saraswati Widodo, pun mengakui bahwa melonjaknya perhatian masyarakat adalah hal yang tidak mengagetkan.
"Yang jadi star syndrome karena mereka tidak bisa mengelola popularitas tersebut. Tapi kita tidak bisa membendung popularitas, yang harus kita lakukan adalah mengelola sistem dengan bijaksana, itu saja," beber perempuan yang biasa disapa Asti ini kepada INDOSPORT.
Tidak banyak kita lihat bagaimana seorang atlet yang 'terkejut' dengan pamornya, kehilangan motivasi di atas lapangan dan akhirnya justru dilupakan.
Antrian yang membludak di loket tiket Stadion Gelora Delta, Sidoarjo untuk laga final Piala AFF U-16 2018 yang mempertemukan Indonesia U-16 dengan Thailand U-16.
Selain itu, perhatian dan harapan yang berlebihan dari masyarakat akan menempatkan beban yang berat bagi para pemain untuk terus menuai hasil positif. Tekanan yang tak seharusnya ditanggung oleh anak-anak seusia mereka.
Masa-masa ini seharusnya mereka gunakan untuk menumpuk pengalaman guna memoles talenta. Timnas kategori usia seperti U-16, U-17 atau U-19 tidak seharusnya menempatkan podium juara sebagai objektif utama, melainkan pembinaan dan pengembangan pemain.
Pemain-pemain ini tidak seluruhnya akan mencapai Timnas Senior dan kita harus menerima probabilitas tersebut.
Dari skuat Prancis U-20 yang menjadi juara di Piala Dunia U-20 pada tahun 2013 lalu misalnya, hanya tiga dari daftar 21 pemain yang berada di skuat Prancis yang menjuarai Piala Dunia 2018 lalu: Alphonse Areola, Samuel Umtiti dan Paul Pogba.
Ketum PSSI, Edy Rahmayadi, memberikan ciuman kepada para pemain muda Timnas Indonesia.
Satu hal lain yang dapat merusak masa depan mereka yang berada di Timnas U-16 adalah ketidakjelasan rencana jangka panjang.
Saat mereka berada dalam pemusatan pelatihan atau kamp latihan, mereka mempunyai program latihan dan diet yang spesifik dan teratur.
Berbeda dengan talenta-talenta muda di Eropa atau Amerika Latin yang biasanya bergabung dengan akademi klub -- di mana mereka akan tetap berada dalam pengawasan dan pembinaan, pemain-pemain muda Indonesia terkesan 'dilepas'.
"Kami ingin istirahat dulu sampai Idul Adha, sambil menikmati kemenangan ini," ujar pelatih Timnas u-16, Fakhri Husaini, terkait jadwal timnya usai menjadi jawara.
"Soal TC (Training Camp) lanjutan belum ada kepastian. Hanya, Sidoarjo adalah tempat yang nyaman bagi kami. Nanti menunggu kabar PSSI," tambahnya.
No comments:
Post a Comment